bulir sunyi


Hari #28: Pulang
October 13, 2012, 4:52 pm
Filed under: 31HariMcsMenulis

Semalam, udara di basecamp New Selo begitu dingin. Saya jadi malas beranjak dari pojokan tempat saya bersandar. Nampaknya jaket tebal yang saya kenakan juga kantong tidur dimana saya memasukkan badan masih belum cukup untuk menahan dingin.

Saya hendak melakukan pendakian malam kemarin. Sengaja saya datang lebih awal agar bisa istirahat yang cukup di basecamp sebelum melakukan pendakian pada tengah malam.

Tengah malam tiba, saya melakukan pendakian bersama dua orang teman. Mereka adalah orang-orang yang menjadi panutan saya dalam hal mendaki gunung. Entah apa saja yang sudah mereka korbankan demi mencapai hasrat untuk menggapai puncak-puncak tertinggi di Pulau Jawa. Ingin sebenarnya seperti mereka, mungkin nanti ketika keadaan sudah memungkinkan.

Saya selalu tertinggal dibelakang. Hanya tiga kali mereka berhenti sebelum sampai pos satu. Benar-benar gila!!. Baru saja saya menginjakkan kaki di pos satu, mereka sudah berangkat dengan hanya meninggalkan kata “semangat”. Perlahan saya coba menyusul mereka, langkah demi langkah saya hitung untuk tetap menjaga konsentrasi.

Pertigaan jalur lumut sudah didepan, tandanya jalur landai membentang mungkin untuk 40 menit kedepan. Saya bisa melihat sesekali kedua teman saya itu menyorotkan senter ke arah belakang untuk memeriksa keberadaan saya.

Pos dua pun berhasil saya gapai. Tentu kedua teman saya itu sudah berada disana. Mereka hanya senyam senyum lalu berkata “ayuk lanjut, sedikit lagi sampai pasar bubrah”. Tentu saja tidak saya hiraukan. Tanjakan terakhir sebelum pos 2 begitu menyita tenaga. “Sebentar lah, sepuluh menit lagi” tawar saya pada mereka.

Istirahat yang cukup membuat semangat berkobar lagi. Pasar bubrah bisa kami gapai dalam waktu yang cukup singkat.

Langit masih gelap, dingin semakin menusuk tulang. Berlindung diantara bebatuan sekiranya mampu sedikit mengurangi tusukan-tusukan dingin. Setelah mencari disekitar, akhirnya kami menemukan sebuah tempat yang kiranya cukup layak untuk tiga orang merebahkan badan. Begitu lelah, saya lalu menggelar matras dan masuk ke dalam kantong tidur dan tertidur.

Ketika bangun, langit sudah terang. Batu-batu yang tadi mengelilingi sudah tidak ada lagi, kedua teman saya juga. Saya dikelilingi dengan tembok sekarang. Ah, saya sedang bermimpi rupanya.

Nampaknya saya sedang merindukan suasana pendakian. Sudah cukup lama saya tidak melakukannya.

Pendakian terakhir yang saya lakukan adalah ke gunung sumbing pada bulan juli yang lalu. Setelah itu saya hanya sempat mendaki dua bukit, puncak keramat di Bedugul Bali dan Gunung Api Purba Nglanggeran di bukit Patuk Gunung Kidul. Walau rindu, saya mesti menahan diri. Saya hendak menepati janji untuk istirahat mendaki sementara waktu pada kedua orang tua saya.

Gunung merupakan salah satu tempat tujuan “pulang” bagi saya. Sama seperti rumah, ada kenyamanan serupa yang bisa saya temui disana. Di gununglah saya baru benar-benar bisa menemukan makna dari kalimat “rumah bisa ditemukan dimanapun, asal hatimu berada disana”.


2 Comments so far
Leave a comment

[…] : https://tudipa.wordpress.com/2012/10/13/hari-28-pulang-ke-pasar-bubrah/ Share this:TwitterFacebookLike this:LikeBe the first to like this. Published: October 12, 2012 […]

Pingback by Day 28 « 31 Hari MCS Menulis

mantaffff….. jiwa petualang sejati.. hahhahah

Comment by arsa




Leave a comment